Berasal dari bahasa Belanda “zoopje” yang berarti alkohol cair, sopi merupakan elemen penting bagi masyarakat timur Nusantara. Selain sebagai suguhan formal saat menyambut tamu, sopi juga selalu hadir dalam ritus-ritus adat setempat.
“Satu botol itu tradisi. Dua botol, emosi. Tiga botol pasti masuk kantor polisi,” adalah gurauan lokal tentang sopi yang sering dilontarkan masyarakat di Flores.
Ya, sopi sering jadi gurauan di belahan bumi sini, terutama kepada orang-orang yang datang dari luar daerah dan mencoba membuka percakapan tentangnya.
Tentu tak selamanya sopi menjadi bahan gurauan, pada beberapa kesempatan cairan ini adalah bagian serius dari hidup. Sopi banyak dibuat di bagian timur Indonesia. Beberapa tempat di Sulawesi, kemudian hampir di seluruh penjuru Kepulauan Maluku, hingga di banyak tempat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Konon, menurut mereka, sopi berasal dari bahasa Belanda “zoopje” yang berarti alkohol cair. Sopi merupakan elemen penting bagi masyarakat timur Nusantara. Selain sebagai suguhan formal saat menyambut tamu, sopi juga selalu hadir dalam ritus-ritus adat setempat. Suatu hajat adat dianggap tak lengkap tanpa adanya sopi. Sementara keberadaan sopi di beberapa tempat sesungguhnya penyiasatan sederhana akibat minimnya air yang dapat disuguhkan di kawasan ini.
Utamanya, sopi dipercaya sebagai medium untuk menghormati unsur-unsur di luar diri manusia. Kekuatan-kekuatan yang tak bisa diraba dengan indera namun dipandang perlu untuk menghormatinya.
Proses distilasi Sopi.
Penyebutan sopi bisa berganti tergantung lokasi. Ada yang menyebutnya sebagai moke, lalu ada pula yang menamakannya tuak kepala. Masing-masing mengacu kepada benda yang sama, minuman keras hasil distilasi. Bahannya pun bisa berbeda pula. Ada yang merupakan sadapan pohon aren (arenga pinnata) dan ada pula yang berasal dari air perasan sulur pohon lontar (borassus flabellifer).
Sebenarnya hal yang normal saja di mata masyarakat dari daerah lain di Indonesia. Karena kedua tumbuhan ini memang mudah ditemui dan sering dimanfaatkan pula untuk hal yang sama di bagian barat indonesia.
Rendaman sopi Flores
Bedanya, di timur Indonesia hasil sadapan tadi akan direndam dulu. Bisa semalaman saja atau hingga tiga malam. Direndam dengan berbagai jenis rempah atau kulit kayu. Isi rendaman berbeda tergantung dari sang pembuat atau kebiasaan di daerah itu. Ada yang menambahkan ragi, banyak pula yang tidak. Setelahnya, cairan yang terfermentasi itu lalu didistilasi untuk mendapatkan sopi.
Proses distilasi dapat dilakukan secara berulang untuk semakin menambah tingkat kebeningan cairannya. Dengannya bertambah pula kandungan alkohol didalamnya.
Rendaman sopi Timor. Ramuannya rahasia.
Di pulau Timor bagian dari Indonesia, biasanya mereka enggan menyebutkan jenis-jenis campuran dalam rendamannya. “Rahasia dapur”, kata mereka sambil melempar senyum lebar. Para pembuat sopi di Ambon biasa mencampurkan bubuk akar Husor ke dalam rendaman. Belum jelas dari tumbuhan apa akar husor bisa didapatkan. Selain memberi aroma dan rasa, merendam rempah juga berguna agar hasil sadapan tidak menjadi manis atau bahkan mengeras. Bila sudah mengeras, maka mau tak mau sadapan tadi dimasak untuk dijadikan gula merah saja. Tidak akan bisa lagi dibuat sopi.
Layaknya minuman mengandung alkohol, konsumsi berlebihan tentu bisa menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Masyarakat di belahan timur nusantara sangat paham soal ini. Perselisihan dapat timbul, dari yang kecil bersifat antar personal hingga yang besar dengan melibatkan kelompok. Itulah muasal gurauan mereka tentang sopi.
Namun, sering pula sopi menemani dalam bekerja. Pemandangan kaum pria menenteng satu botol sopi dalam perjalanan ke kebun atau ladang adalah hal biasa. Mereka perlu membakar semangat dengan seteguk sopi sebelum bekerja. Atau jika merasa lelah. Tidak perlu dihabiskan tentu. Karena di malam hari setelah makan, sopi kembali akan diminum sambil bersantai dengan keluarga atau kawan. Lalu pergi tidur setelahnya.
Pak Dolof, pembuat sopi dari Kampung Aimere, Flores.
Pada foto Pak Dolof sedang memeragakan cara memeras sulur pohon lontar untuk diambil sarinya. Setelah difermentasi semalaman, sari perasan itu kemudian disuling untuk memperoleh minuman beralkohol. Pak Dolof adalah salah satu pembuat sopi dari Kampung Aimere, kampung yang terkenal sebagai produsen sopi kualitas terbaik di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kampung yang saat ini menjelma jadi satu destinasi wisata. Berkah dari konsistensi memproduksi sopi.
Sopi BM alias Bakar Menyala, bukan buat sembarang orang.
Pada satu kesempatan Pak Dolof mengambil satu botol sopi yang sangat bening warnanya. Sebening air mineral botol yang biasa kita konsumsi. Ia lalu membukanya kemudian menuangkan sedikit ke dalam tutup botol. Ia sebar isinya diatas meja, diambilnya korek gas yang tergeletak lalu dibakarlah sebaran cairan tadi. Dengan instan cairan itu terbakar. Apinya kecil saja tetapi terlihat cantik. Pak Dolof melakukan itu semua dengan raut muka datar.
“Ini yang kami sebut sopi BM, sopi Bakar Menyala,” kalimat yang lalu ia pungkas dengan sedikit terbahak.
Sopi BM ia jual kepada orang tertentu saja. Karena ia tahu tak semua orang sanggup menangani jenis ini. Jenis yang dibuat bukan untuk para amatir.
Belakangan sopi menjadi semakin seksi. Ada pemerintah daerah yang mendukung terciptanya industri sopi. Industri yang bersifat modern dari hulu ke hilir. Dengan salah satu tujuan agar budaya lokal dapat dipahami di belahan dunia lain. Sementara realita di banyak tempat lain sopi masih berdiri di tengah jalan. Di wilayah abu-abu. Ilegal namun masih mudah didapatkan. Dipojokkan oleh aparat dan pemuka agama akan tetapi didekap erat oleh masyarakat.
Saya tidak akan menutup tulisan ini dengan saran atau himbauan. Biarlah kita sendiri yang menciptakan saran atau himbauan tadi bagi diri masing-masing. Yang pasti saya menyukai sopi beserta seluruh dimensi yang melingkupinya.
Proost!