Lore Lindu menyimpan sisa peradaban megalitikum yang menakjubkan, hingga saat ini masih membuat para ahli bertanya-tanya.
Lore Lindu menyimpan sisa peradaban megalitikum yang menakjubkan, hingga saat ini masih membuat para ahli bertanya-tanya. Patung-patung batu besar, kalamba (wadah batu), dan batu menhir berbagai ukuran tersebar di lembah-lembah itu. Siapa yang membuat, apa fungsinya, dan berapa sebenarnya usia peradaban megalit di Lore Lindu masih menjadi bahan perdebatan para ahli.
Bila Anda ikut kami mengunjunginya, pasti terkesima. Ditambah keunikan flora dan fauna di Taman Nasional Lore yang indah. Taman Nasional Lore Lindu terletak di jantung pulau Sulawesi, menjadikannya duduk tepat di garis Wallacea. Dengan luas lebih dari 200 ribu hektar, Taman Nasional ini sebagian besar wilayahnya terletak di 3 lembah kembar; Lembah Bada, Lembah Besoa, dan Lembah Napu. Nama Lore Lindu merupakan nama gabungan dari dataran tinggi Lore, lokasi ketiga lembah kembar diatas, dan danau Lindu.
Kami menawarkan penjelajahan peninggalan kebudayaan megalit misterius. Melihat langsung dan coba mengandai apa yang sebenarnya terjadi, karena sampai saat ini hanya ada satu lokasi di seluruh dunia dimana berbagai peninggalan megalit berkumpul menjadi satu, yakni kawasan Lore Lindu.
Ditambah pengalaman untuk membuat kain dari kayu, dibuat secara tradisional dan alami. Tradisi yang sudah mencul sejak zaman Neolitikum dan masih bertahan hingga hari ini.
Rencana Perjalanan
Di hari pertama kita akan menempuh rute Poso - Tentena - Lembah Bada, dengan titik keberangkatan Bandara Kasiguncu, Poso. Mampir sejenak untuk makan siang di Tentena, tepatnya di Dodoha Mosintuwu dan setelahnya melanjutkan perjalanan menuju Lembah Bada. Tiba di Lembah Bada kita disambut dengan tarian penyambutan tamu a la masyarakat Bada. Berkenalan dengan Tuan Rumah dan beradaptasi di Lembah Bada.
Di hari kedua, kita beraktivitas mengumpulkan berbagai material yang diperlukan untuk membuat kain kulit kayu. Kita juga akan diperkenalkan dengan berbagai peralatan yang digunakan untuk memproses kayu menjadi produk kain. Tradisi ini sudah berkembang jauh sebelum zaman Megalitikum.
Peneliti kain kulit kayu dari Universitas Surugadai, Jepang, Isamu Sakamoto, menyebut tradisi pembuatan kain kulit kayu di Lembah Bada muncul sejak zaman Neolitikum, sekitar 3.600 tahun lalu. Kegiatan hari kedua tentu akan diselingi aktivitas trekking untuk melihat-lihat lansekap sekitar.
Di hari ketiga kita akan belajar proses lanjutan untuk membuat kain kulit kayu. Bersama sekelompok perempuan Lore, memukuli lembaran kulit kayu yang lebih halus menggunakan batu ike, alat pemukul dari lempengan batu dengan pola garis-garis yang diapit anyaman batang rotan sebagai pegangan. Seluruh proses pembuatan kain kulit kayu di Lembah Bada dilakukan secara manual menggunakan bahan alamiah. Menurut para peneliti, pemanfaatan batu ike seperti ini tidak ditemukan lagi di belahan dunia mana pun.
Kegiatan di hari keempat akan kita isi dengan berkeliling Lembah Bada. Melihat berbagai situs peninggalan megalitikum yang ada di lembah besar ini. Situs-situs ini terletak tersebar di seantero lembah, karenanya kita akan habiskan sepanjang siang untuk mengunjunginya. Di malam akan diadakan Tari Dero bersama, sebagai tanda persahabatan dan ucapan perpisahan dengan Tuan Rumah.
Hari kelima adalah hari perpisahan kita dengan Tuan Rumah. Selesai berbenah, kita akan menuju Bandara Kasiguncu dan terbang kembali menuju kota masing-masing.