Home > Ini Indonesia >
Jalan Berliku Nita, Biduan Dangdut dari Cilacap
Jalan Berliku Nita, Biduan Dangdut dari Cilacap
Nita adalah salah satu biduanita ternama di Cilacap. Jalan panjang ditempuhnya untuk jadi salah satu yang paling ditunggu di berbagai hajatan. Sampai COVID-19 menjungkirbalikkan dunianya. Membuat ratu panggung kita mencari bisnis lapis tiga demi memastikan aliran pemasukan tak terhenti.
Sedari kecil Nita sudah akrab dengan dunia panggung. Ayahnya seorang tentara Komando Daerah Militer alias Kodam, kerap memberikan panggung ke anak gadisnya yang gemar bernyanyi. Ia pulang bukan hanya dengan pujian, tapi juga gelimang hadiah dari atasan sang ayah. Entah itu baju, mainan, atau hadiah lainnya yang sekira bisa membesarkan hati penyanyi cilik itu.
Beranjak dewasa, upah hiburan berganti jadi upah serius. Sewaktu SMP, Nita mematok harga Rp25.000 untuk sekali tampil membawakan empat lagu. Naik ke SMA, naik pula tarifnya. Apalagi Nita bergabung dengan salah satu grup orkes di Semarang. Saat upahnya dibanderol Rp50.000-Rp100.000.
Nita, salah satu biduanita top Cilacap yang dinanti-nanti kehadirannya di panggung pertunjukan dangdut.
Seiring waktu, jalan hidup membawa Nita ke Cilacap. Ia ikut ayahnya pindah ke kota ini pada 2006. Di sana ia semakin serius menyelami dunia biduanita. Ia pun mencoba peruntungannya, berkenalan sana-sini dengan penyelenggara-penyelenggara acara. Adalah Studio45 yang pertama kali menyambutnya dengan baik. Itulah batu pijakan pertama perjalanan Nita sebagai biduan dangdut profesional di Cilacap.
Dan sebagaimana penampil profesional lain, dara yang satu ini juga punya standar operasional prosedur (SOP). Salah satunya ialah tarif yang berbeda untuk tiap panggung sesuai standar “asosiasi” pelaku industri hiburan, yakni minimal Rp250.000 untuk satu sesi selama lima jam. Namun, jika dipanggil untuk hajatan di panggung besar, honor Nita bisa mencapai Rp2 juta per sesi. Itu belum termasuk biaya overtime yang dikenai Rp100.000/jam. “Asosiasi” yang dimaksud Ialah Entertainment Cilacap Bersatu yang diinisiasi oleh para pelaku “industri musik dangdut” Cilacap. Termasuk para biduan, pemain musik, hingga MC.
Keberadaan komunitas yang satu ini berhasil membuat ekosistem musik dangdut di Cilacap tumbuh dengan sehat. Salah satu fungsi mereka adalah menentukan harga standar yang berlaku di Cilacap dan mengawasi betul praktiknya di lapangan. Tujuannya agar setiap pelaku di kancah musik dangdut Cilacap mendapatkan upah yang layak. Sekaligus agar tak ada orkes, MC, dan juga biduan yang mengganggu harga pasar. Pasalnya, persaingan yang ketat di kota ini rentan membuat para pelakunya banting harga demi mendapat orderan.
Entertainment Cilacap Bersatu tak main-main dengan standar harga mereka. Nita bercerita jika ada yang berani membanting harga, niscaya ia akan mendapatkan hukuman sosial. “Minimal jadi status WhatsApp,” katanya. Selain tentunya peringatan resmi… di media sosial.
Salah satu “panggung besar” yang mengorder Nita sebagai salah satu pengisinya.
Bukan hal yang mengherankan sebetulnya jika Cilacap mempunyai “asosiasi” bagi para pelaku industri hiburan. Kota ini boleh dibilang sebagai episentrum dangdut di Jawa Tengah. Sebelum pandemi COVID-19 menyebar, biduanita top di Cilacap seperti Nita bisa mendapatkan 36-40 panggung dalam sebulan. Maklum, hampir saban hari ada hajatan di kota ini. Dan pantang bagi masyarakat sini untuk merayakan hajatan mereka tanpa pertunjukan dangdut. Hal ini pula yang membuat eksodus para biduan ke Cilacap. Termasuk dari Purwokerto.
Hal ini membuat persaingan untuk menjadi biduan top di Cilacap semakin ketat. Punya paras rupawan dan suara merdu rupanya belum cukup untuk menjadi seorang biduanita tersohor yang dicari banyak penyelenggara acara. Untuk itu, Nita harus menempuh jalan berliku. Salah satunya dengan mengikuti kompetisi dandut di stasiun televisi swasta, seperti Bintang Pantura di Indosiar dan kontes dandut di MNC TV. Jalan panjang ditempuh oleh gadis kita demi mengikuti Bintang Pantura. Baik itu secara kiasan maupun harafiah.
Pertama-tama Nita patungan dengan tujuh orang rekannya untuk menyewa mobil lengkap dengan supir dan bensin untuk menuju tempat audisi. Jarak yang cukup jauh juga membuat Nita mesti menghabiskan malam di pom bensin. Pun mandi dan berdandan. Perjalanan Nita tidak selesai begitu ia sampai di tempat audisi. Di sana ia harus mengantri dari pagi hingga malam bersaing dengan ribuan calon peserta lainnya. Itu baru untuk melewati satu babak.
Aksi Nita bersama orkes pengiringnya di salah satu panggung hajatan
Untunglah jerih payahnya tak sia-sia. Nita lolos hingga putaran 30 besar, dan berakhir di penampilan ke-2 karena kekurangan dukungan SMS. Lumayan. Setidaknya wajah Nita pernah muncul di layar kaca. Setelah itu pun pihak Indoesiar masih sering menghubunginya untuk menawarkan beberapa pekerjaan.
Sebagai biduanita yang high demand, hidup Nita boleh dibilang cukup sejahtera. Dengan jumlah panggung yang segitu banyak, ia bisa mengantongi sekira Rp20 juta dalam sebulan. Itu belum termasuk pendapatan dari panggung-panggung besar, tip, dan biaya overtime. Belum lagi Nita mempunya bisnis sambilan, yakni usaha penjualan kostum biduan. Ada dua jenis kostum yang dijajakannya. Pertama adalah kostum glamor untuk hajatan-hajatan di panggung besar yang ia banderol Rp500.000 - Rp1 juta. Kedua adalah kostum untuk panggung-panggung biasa yang ia hargai Rp300.000 - Rp500.000. Di hari-hari biasa, bisnis sampingannya ini bisa memberikan Nita tambahan keuntungan Rp3 juta - Rp5 juta per bulan.
Hidup Nita baik-baik saja hingga pandemi COVID-19 mulai mempengaruhi jalannya roda kehidupan di berbagai kota. Tak terkecuali di Cilacap. Satu per satu panggungnya dibatalkan. Dan pada 26 Maret 2020, Nita resmi kehilangan semua pekerjaannya karena COVID-19. Tak cuma panggilan manggungnya yang hilang sama sekali. Melainkan juga pemasukan dari bisnis kostumnya.
Bagaimana lagi, panggung sepi membuat kebutuhan rekan biduanitanya akan kostum baru jadi berkurang. Keran pemasukannya lantas terhenti. Tapi Nita tak putus akal. Perjalanannya menjadi biduanita top Cilacap mengajarkannya untuk tidak mudah patah arang. Maka di tengah situasi yang serba tak pasti sekarang, biduan kita ini melihat peluang lain: masker kain. Maka Begitulah Nita si biduan top Cilacap akhirnya kini disibukkan dengan bisnis dadakannya berjualan masker. Tak banyak keuntungan yang bisa ia ambil memang. Karena meskipun permintaan membludak, ia bukan satu-satunya yang banting setir mengambil peruntungan dari sini. Biar begitu tetap lumayan, daripada tak ada sama sekali.