Suku Mentawai dianggap sebagai salah satu penghuni tertua di kepulauan Nusantara, masyarakat Mentawai masih menjalankan tradisi mereka.
Gajeuma – gendang Mentawai – dipukul seperti tidak beraturan. Namun sesunguhnya jika didengar dengan teliti, pukulannya memiliki pola. Hentakkan kaki tiga penari mengisi kekosongan ketukan gajeuma.Para penarinya adalah sikerei, menggunakan semacam rok pendek dari daun-daun panjang yang menutup sampai di atas lutut. Daun itu dianyam menggunakan akar pohon atau rotan. Tarian mereka disebut turuk.
Dianggap sebagai salah satu penghuni tertua di kepulauan Nusantara, masyarakat Mentawai masih menjalankan tradisi mereka. Terpisah dari Pulau Sumatera daratan selama ribuan tahun, masyarakat Mentawai tetap bertahan dengan budaya berburu serta meramu - dan itu pun hanya bagi yang tinggal jauh di pedalaman.
Kami menyediakan kesempatan bagi Anda belajar langsung kebudayaan Mentawai. Mengamati laku hidup yang bertahan ribuan tahun, sukses menghadapi ujian waktu. Menari bersama Sikerei, belajar membuat ramuan tato, menelusup masuk ke hutan, dan mendayung sampan di sungai.
Rencana Perjalanan
Di hari pertama, kita akan bersua di Bandara Internasional Minangkabau, Padang. Hari ini kita akan menginap terlebih dahulu di kota Padang, di hotel dekat Pelabuhan Muaro. Akan ada pengarahan peserta saat makan malam, semua wajib hadir dan mencatat dengan baik hal-hal yang disampaikan pimpinan perjalanan.
Pagi di hari ke-2, kita akan menempuh rute Padang – Muara Siberut - Rorogod/Rogdog. Setelah sarapan kita menuju Siberut, menggunakan kapal cepat Mentawai Fast (Padang – Sikabaluan – Muara Siberut) dengan durasi 4 hingga 5 jam, tergantung kondisi laut. Makan siang di Muara Sikabaluan.
Tiba di Muara Siberut, kemudian ke titik kumpul untuk persiapan dan mengurus perijinan. Sekitar pukul 16.30 WIB tiba di Uma di Rorogod/Rogdog dengan menggunakan perahu cepat (± 2 jam). Tiba di Uma (rumah komunal tradisional Mentawai) untuk beradaptasi.
Pagi di hari ke-3, setelah sarapan kita melanjutkan perjalanan dengan perahu cepat menuju Buttui, pedalaman pulau Siberut. Diperkirakan tiba di Buttui tengah hari. Setelah makan siang, Tuan Rumah akan beramah-tamah dan mengajarkan kita membuat serta menggunakan anak panah beracun.
Makan malam di Uma, adalah momen kita untuk berbincang dengan mereka tentang kehidupan di pedalaman Mentawai. Di sesi ini, Tuan rumah akan mengabarkan tentang pantas tidaknya kita untuk bergabung perburuan mereka.
Hari ke-4 adalah hari yang menentukan. Bila kita dizinkan untuk ikut berburu, maka setelah sarapan, tim berburu akan berangkat ke dalam hutan dan menginap di dalam hutan untuk satu malam.
Sementara bagi yang tidak ikut berburu, akan diajak belajar mengolah sagu secara tradisional untuk menjadi makanan. Kita juga bisa bergabung dengan para perempuan lokal untuk mengumpulkan daun keladi serta ikan di sungai sekitar Uma. Di malam hari, para pria yang tersisa akan menunjukkan metode pemberian sembahan bagi roh leluhur dan menari bagi pemulihan keseimbangan.
Di hari ke-5, selesai sarapan, kita akan belajar membuat Kabid (cawat tradisonal berbahan kulit kayu). Saat tim perburuan datang, kita akan melihat bagaimana orang Mentawai membagi dan memproses hasil berburu. Di kesempatan ini pula kita akan belajar tradisi kuliner asli Mentawai, saat mereka menyiapkan dan memproses makanan.
Di hari ke-6, kita akan menuju hutan sekitar Uma untuk mengumpulkan berbagai bahan alam yang bisa dikonsumsi. Mereka akan mengajarkan kita tentang tanaman herbal yang berguna untuk ritual adat atau pengobatan. Di malam hari, kita akan merayakan malam perpisahan dengan Tuan Rumah dan menari bersama.
Keesokan hari, setelah sarapan kita akan meninggalkan Buttui menuju Muara Siberut untuk berlayar dengan kapal cepat kembali ke Padang. Tiba di Muara Siberut tengah hari saat makan siang dan tiba di kota Padang sore hari. Setiba di Padang, kita akan langsung menuju Bandara Minangkabau untuk kembali ke kota masing-masing.