Logo Spektakel

Home > Plesir >

Berkuda Di Sumba Timur

Berkuda Di Sumba Timur

Budaya megalit, tenun ikat, dan berkuda merupakan nafas utama budaya Sumba.

Pulau eksotis dengan bentang pantai nan cantik langsung bisa diintip dari jendela pesawat yang bisa ditempuh 1 jam 50 menit dari Denpasar, Bali. Tiba di bandara Umbu Mehang Kunda, udara sejuk langsung bisa dirasa. 5 menit kemudian, pemandangan kota Waingapu dengan deretan rumah panggung yang membaur dengan rumah-rumah modern menghiasi sepanjang jalan.

Padang savana mengering di kanan kiri menjadi selendang panjang bagi para wisatawan yang baru keluar dari Waingapu. Jalanan beraspal mulus nir gelombang membujur sepanjang perjalanan. Lurus dan sepi adalah kata yang tepat untuk menggambarkan jalan darat di hampir semua jalanan di pulau ini. Kuda yang berlarian dan arakan awan adalah suguhan romantika khas Sumba.

Perilaku apapun dalam melakoni hidup harus sejalan dengan berbagai aturan adat yang dimiliki orang Sumba. Budaya megalit, tenun ikat, dan berkuda merupakan nafas utama budaya Sumba.

Kami memfasilitasi keingintahuan Anda tentang Sumba. Mengajak Anda untuk tinggal bersama masyarakat kampung Rende di Sumba Timur. Tipikal masyarakat Sumba yang masih memeluk erat tradisi. Di sana, kita belajar berbagai tradisi Sumba; berkuda, membuat pewarna alam, atau membantu mempersiapkan ritual adat yang selalu diselenggarakan - sembari menyaksikan lansekap yang luar biasa.

Rencana Perjalanan

Kita akan berkumpul di Bandara Umbu Mehang Kunda, Waingapu. Kemudian menuju kampung Prailiu, dan dilanjutkan pergi ke Kampung adat Rende untuk bertemu masyarakat selaku Tuan Rumah. Hari ini kita isi dengan kegiatan bersantai dengan ramah tamah sambil menikmati senja di Bukit Rende.

Keesokan harinya, selepas sarapan, kita akan belajar mengendarai kuda dengan teknik orang Sumba. Berkeliling menggunakan kuda di seputar wilayah Rende. Malam harinya, kita akan berkumpul dengan warga. Tak perlu diundang atau diumumkan, satu persatu warga kampung adat biasanya akan datang ke Umah Boukul (rumah adat besar) untuk berkenalan dan berbincang dengan Anda. Tak jarang mereka menanyakan hal-hal lucu dan menarik soal politik, ekonomi, transportasi.

Di hari ke-3 kita belajar membuat berbagai pewarna alam untuk mewarnai benang yang akan digunakan untuk menenun kain tenun khas Sumba. Berbagai teknik tenun juga akan kita pelajari bersama seniman kain ikat Rende. Kita juga bisa melihat lebih dekat kuburan batu dan arsitektur rumah adat.

Di hari ke-4, kita pergi mengunjungi beberapa lansekap yang menjadi tengara di Sumba Timur, seperti bukit Warinding, pantai Walakiri, dan padang savana Puru Kambera. Di malam hari kita akan adakan acara perpisahan dengan Tuan Rumah di Rende. Di momen seperti ini, biasanya mereka akan menawarkan kita untuk mencoba pinang sirih. Kita harus mencobanya, karena bila tidak - kita bisa menyinggung perasaan mereka. Namun kalau tak ingin, cukup tarik kotak pinang sirih, taruh di depan kaki kalian. Hal ini sudah cukup menunjukan rasa hormat.

Hari ke-5 adalah hari perpisahan. Selesai berbenah, kita berpamitan dengan Tuan Rumah, kemudian menuju Bandara Umbu Mehang Kunda untuk kembali ke kota masing-masing.