Home > Ini Indonesia >
Si Lincah Asep Cobra dari Rancaekek
Si Lincah Asep Cobra dari Rancaekek
Ia bergerak ke segala arah dengan keliaran seorang yang kesetanan. Ekor di kepala bergaya rambut mullet khas Orba melayang-layang ditiup angin yang timbul dari kecepatan geraknya. Footwork-nya nampak bisa bersaing dengan Ren McCormack dari film Footloose dan gerak tangannya menyerupai jurus ular Jackie Chan di Snake in the Eagle’s Shadow. Begitulah kira-kira gambaran Asep Cobra (41) saat sedang beraksi dengan tarian khasnya, Goyang Gibrig.
Goyang adalah satu hal yang tidak mungkin dilepaskan dari semesta dangdut, dan posisinya tidak bisa disepelekan. Seorang biduan dangdut, misalnya, kerap dikenal bukan hanya dari merdu suaranya. Melainkan juga dari seberapa mantap goyangannya. Acap kali goyangan yang khas menjadi branding para biduanita yang turut andil memoncerkan karier mereka hingga ke panggung-panggung nasional. Sebut saja beberapa yang paling ikonis misalnya Goyang Ngebor Ratu Dangdut Indonesia, Inul Daratista; Goyang Patah-Patah milik Anisa Bahar; Goyang Gergaji Dewi Persik; sampai salah satu yang paling baru, Goyang Itik dari Zaskia Gotik.
Begitu pula di kalangan penonton. Tabuhan kendang yang asyik sering membuat penontonnya hanyut. Proses yang tidak jarang melahirkan ragam jenis jogetan unik. Tentunya tidak kalah yahud ketimbang jogetan biduan di panggung. Ambil contoh Goyang Zombie yang digubah Hadi Sangek. Aksinya berjoget ala zombie di atas pundak penonton lain sempat menarik perhatian netizen.
Dari beberapa goyangan unik dari kalangan penonton, ada satu yang begitu konsisten hingga akhirnya ia tidak sekadar jadi sensasi sesaat. Ia adalah Asep Cobra. Dari sekadar penonton yang all-out ketika berjoget, ia kini adalah salah satu ikon hajatan dangdut di Jawa Barat. Maka di pentas-pentas dangdut Majalaya hingga Bandung, dan sekitaran rumahnya di Rancaekek, Asep Cobra adalah seorang rockstar. Tanyakan saja namanya ke para pengunjung Warung Bu Enab, mereka dengan sigap akan mengarahkan Anda ke mana Mang Asep berada. Seperti ketika saya mampir ke kediamannya tempo hari. Bahkan mereka juga sudah tahu ada wartawan yang bakal mewawancara Asep Cobra.
Asep Cobra sering kali turut ditanggap oleh orkse-orkes dangdut dan Goyang Gibrig miliknya menjadi tontonan tersendiri.
Adalah Goyang Gibrig yang melejitkan pamor Asep Cobra. Goyangan yang satu ini tidak punya pakem pasti, tapi jelas berisi gerakan-gerakan menguras stamina. Karena itu, sang empunya dengan penuh percaya diri berani mengklaim, “Enggak ada yang bisa niru jogetan saya mah.” Jangankan orang lain. Ia sendiri pun tidak bisa mengulang pola tarian yang sama karena setiap jogetannya adalah hasil improvisasi.
Toh itu tak memupuskan anak-anak di sekitar rumahnya di permukiman antara toang-toang Rancaekek berguru padanya. Terlihat jelas bagaimana mereka menunjukkan beberapa derajat rasa hormat kepada Asep setiap ia lewat. “Kapan latihan lagi?” tanya para calon pewaris ajian Goyang Gibrig tersebut. Alasan anak-anak muda ini tertarik berlatih bersama Asep Cobra sebetulnya sederhana: ingin viral selayaknya sang master.
Baca Juga: Jalan Berliku Nita, Biduan Dangdut dari Cilacap
Padahal tenar bukanlah niat awal Asep, apalagi perkara pemasukan tambahan. “Kalau masalah job saya enggak hitung-hitungan. Mau dibayar, mau enggak. Yang penting hobi saya tersalurkan. Ada yang ngasih diterima. Enggak, juga enggak apa-apa,” jelasnya. Goyang adalah hobinya, dan Goyang Gibrig adalah gerakan yang ia ciptakan sekira dua tahun silam. Kesadaran bahwa goyangan uniknya mendapat perhatian publik dan punya potensi menghasilkan nilai ekonomi baru datang kemudian. Dimulai dengan aksi sang anak merekam video Mang Asep bergoyang dan mengunggahnya ke Facebook hingga akhirnya viral.
Badannya sudah begitu lekat Goyang Gibrig. “Kalau enggak joget sehari badan bisa meriang,” begitu katanya. Maka ketika di awal masa pandemi misalnya, kala pentas-pentas dangdut menjadi langka, ia tetap bersikukuh menyetel musik dangdut untuk terus melatih Goyang Gibrig. Bapak empat anak ini sampai menyediakan sedikit ruang di rumah sederhananya untuk melatih gerakan Goyang Gibrig. Lengkap dengan sistem salon yang bisa disambung bluetooth. Selain itu, ia meminta bantuan teman-teman dekatnya untuk membentuk semacam manajemen yang bertugas mengurusi media sosial agar asupan bagi para pengikutnya tetap terjaga. Apalagi ada 2.000 pengikut laman Facebook-nya yang terus menantikan aksi Asep Cobra bergoyang Gibrig.
Semua itu Asep lakukan di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai kernet mobil box distribusi untuk pabrik kerupuk. Hampir setiap hari, ia mesti pergi ke luar kota; dari Bandung ke kota-kota sepanjang Tasik, Jakarta, hingga Banten. Waktu kerjanya pun tak tentu, ia bisa berangkat pukul dua dini hari dan pulang entah kapan. Berkali-kali ia juga mengingatkan editor saya untuk membuat janji terlebih dulu sebelum mengirim saya ke sana. Bagi Asep Cobra bagaimana pun pekerjaannya tetap kewajiban yang utama. “Besok malam juga saya bakal ke Jakarta nganter kerupuk,” kata Asep yang hanya dapat libur setiap Minggu. Prinsipnya, selama penghasilan dari joget belum sebanding atau lebih dari pekerjaan sehari-harinya, maka pekerjaan sebagai kenek dan kuli tetap prioritas pertama.
Baca Juga: Legenda Panggung Dangdut: Pakde Ngemut Rokok
Itu kenapa ia belum berani mengambil panggung-panggung yang terlalu jauh. “Paling jauh joget di Lembang (Bandung),” aku Asep. Padahal, tawaran untuk mengiringi session player dangdut keliling di hajatan-hajatan sudah banyak. Asep bahkan sudah pernah diajak untuk mempertontonkan Goyang Gibrig di Bali.
Posisi awal Goyang Gibrig Asep Cobra, dengan tangan meliuk dan badan yang sedikit doyong layaknya ular kobra.
Makin Ngabret, Makin Asyik
Tak sulit menanggap Mang Asep bergoyang. Cukup setel musik dengan ritme super cepat. Dijamin, mang yang satu ini akan langsung mengeluarkan jurus Goyang Gibrig andalannya. “Makin ngabret (ngebut) musiknya, makin asyik,” kata Asep. Badannya terasa lebih lincah saat dipapar 150 bpm ke atas. Lagu-lagu seperti “Duda Araban” dan “Sambal Lado” versi remix disko-koplo dengan tabuhan kendang super cepat jadi favorit Asep untuk menemaninya bergoyang menggila.
Untuk menjaga jogetnya tetap optimal, Mang Asep betul-betul menjaga kondisi fisiknya. Itu mengapa ia tetap melakukan latihan fisik seperti berlari minimal 30 menit setiap hari serta melakukan push-up dan sit-up secukupnya. Kesehatan dan kebugaran jasmani yang prima memang menjadi syarat utama baginya untuk menjalankan kedua profesinya. Oleh karena itu ia juga selalu menolak segala macam substansi penuh dosa tiap kali berjoget.
Ini juga merupakan salah satu syarat dari sang istri supaya tetap diizinkan berjoget. Syarat lainnya adalah untuk tidak berjoget terlalu dekat dengan biduan yang berdinas bersamanya. Yang belakangan ini memang lebih sulit ketimbang kedengarannya. Apalagi ketika Mang Asep sudah tenggelam dalam alunan musik dangdut koplo dan terbawa suasana panggung yang meriah. Ujian jadi semakin sulit kalau biduan yang pentas kebetulan tampil begitu yahud. “Sempat kemarin hampir tidak dikasih joget lagi sama istri karena jogetnya terlalu dekat dengan penyanyinya, hahaha,” katanya mengacu pada goyangannya di video berjudul “Goyang hot status wa # coplo”.
Jadi marilah kita berdoa Mang Asep Cobra tetap sehat, bugar, dan aman dari ultimatum istri tercinta. Agar ia tetap bisa berjoget, viral, dan terus menghibur hajatan-hajatan dangdut se-Jawa Barat.