Mari kita bayangkan hari ini kita sudah mampu membuat kombinasi perangkat yang terhubung internet untuk menghadirkan kegiatan seni budaya dalam bentuk pertunjukan atau lainnya dan menyajikannya sebagai sebuah moda pengajaran.
Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2014 mengatakan bahwa ada 88,8 juta pengguna internet di Indonesia. Delapan puluh persen pengguna mengakses internet melalui perangkat ponsel pintar yang bergantung pada koneksi jaringan telepon seluler. Diduga angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 meningkat menjadi 120 juta pengguna.
Salah satu permasalahan yang tergambar dari serangkaian data penelitian tersebut menunjukkan bahwa salah satu sumbat dari pertumbuhan pengguna internet adalah infrastruktur jaringan yang belum mumpuni. Keterbatasan bandwith dan terpusatnya infrastruktur di pulau-pulau besar menghambat perputaran arus informasi.
Pembangunan Infrastruktur dan Teknologi
Persoalan tersebut tidak akan bertahan lama. Pasalnya, pembangunan infrastruktur semakin gencar. Investasi di bidang tersebut terus meningkat dan diharapkan dalam waktu 1-2 tahun mendatang Indonesia akan memiliki kapasitas bandwith yang mumpuni.
Perihal-perihal di atas akan berjalan beriringan dengan perkembangan perangkat teknologi digital dalam berbagai bentuknya (komunikasi, rekam, serta tayang). Setiap hari kita disodorkan pilihan-pilihan perangkat pintar yang dapat melakukan ketiga tugas tersebut dengan baik di harga yang relatif terjangkau. Produsen ponsel pintar berlomba-lomba menawarkan ketiga fitur dalam satu perangkat mobile yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk menjadi produsen konten.
Hari ini kita sudah menyaksikan gelombang besar produksi konten individu yang disebarkan melalui begitu banyak aplikasi media sosial. Hal ini memungkinkan kita mendapatkan informasi yang selama ini tidak bisa ditangkap oleh media massa cetak serta televisi. Berkatnya, saat ini kita bisa mengakses informasi dari seluruh belahan dunia hanya lewat genggaman kita.
Kombinasi itu semua secara perlahan tapi pasti mengubah perilaku kita dalam berkomunikasi. Batas-batas komunikasi – akibat keterbatasan teknologi – mulai terkikis dan horison pengetahuan kita kian meluas.
Piranti baru dalam melakukan persebaran serta pengarsipan kegiatan seni-budaya
Sekarang mari kita bayangkan bila hal-hal tersebut di atas, kita transformasi menjadi sebuah penggunaan baru dalam melakukan penyebaran serta pengarsipan kegiatan seni budaya di Indonesia. Mari kita bayangkan hari ini kita sudah mampu membuat kombinasi perangkat yang terhubung internet untuk menghadirkan kegiatan seni budaya dalam bentuk pertunjukan atau lainnya dan menyajikannya sebagai sebuah moda pengajaran.
Cukup dengan memberi satu alasan kuat yang mendorong para pengguna harian teknologi komunikasi-rekam-tayang (berbagi) untuk mulai mendokumentasikan kegiatan seni budaya di wilayahnya masing-masing. Dengan begitu, kita juga dapat membayangkan bahwa dalam waktu singkat kita akan memiliki catatan (digital) yang dapat menjadi arsip kebudayaan kita.
Hari ini kita tidak perlu lagi sibuk untuk melakukan penemuan baru. Semuanya sudah tersedia. Kita hanya perlu melakukan kombinasi baru dari apa yang sudah ada untuk mendapatkan penggunaan serta nilai yang berbeda darinya. Kita perlu melihat banyak hal dari paradigma yang berbeda – dari yang sudah kita miliki saat ini masyarakat mampu menjadi bagian dari kerja-kerja besar pengarsipan seni budaya Indonesia. Bahkan, mereka adalah pemain utama dari kerja-kerja tersebut, kita hanya perlu memodifikasi fungsi dari platform-platform tayang yang sudah ada untuk menjadi perangkat yang mudah diakses.
Maka, mari kita bayangkan anak atau adik kita yang di sekolah dasar dapat belajar dan memahami betapa kaya seni budaya bangsa ini secara memikat dan interaktif, bukan sekadar rangkaian teks dengan satu gambar ilustrasi yang tidak memberikan cukup informasi untuk mereka pahami.
Teknologi digital memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi bagian dari itu semua.